12 November 2014

Website Taruhan - Belajar Dari si Kecil Yang Gundul dan Bijaksana

WEBSITE TARUHAN




Website Taruhan, Belajar Dari si Kecil Yang Gundul dan Bijaksana - Bagi para pembaca yang lahir dan besar di tahun 80/90-an. Pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok si kecil yang satu ini. Berpenampilan gundul namun sangat lah bijaksana, sudah ada yang bisa menebaknya..? Dia adalah Ikkyu san (seharusnya saya tulis sesuai pengucapan adalah IKKYUU san – u nya diperpanjang, dalam bahasa Jepang panjang -pendeknya vokal menentukan, tidak seperti dalam bahasa Indonesia karena tidak mengubah arti).

Ikkyu ini adalah seorang pendeta Buddha yang menjadi tokoh utama anime (film kartun) Jepang yang memang sangat populer di tahun 80/90-an. Anime-nya sendiri diputar selama 7 tahun, dari tanggal 15 Oktober 1975 sampai 28 Juni 1982. Keseluruhan cerita ada 296 episode dan merupakan film kartun yang terpanjang dengan rate pemirsa yang tinggi dan stabil selama 7 tahun.

Bagi anda yang berlum pernah menyaksikan anime-nya atau bahkan sudah lupa dengan tokoh yang satu ini. Yuk kita berkenalan/mengingat dengan si gundul pintar ini :)

Teru teru bozu
Ikkyu san adalah nama sebagai pendeta Buddha, yang ditulis dengan kanji sebagai 一休さん dibaca "Hito Yasumi" yang berarti istirahat sebentar. Nama sebenarnya adalah Senggiku Maru, seorang anak bangsawan yang berkhianat terhadap shogun, sehingga perlu disembunyikan identitasnya. Ibunya Iyono Tsubone, menyerahkan Ikkyu ke dalam pengasuhan pendeta Osho, untuk ditempa menjadi pendeta Buddha. Ikkyu yang seharusnya hidup mewah dan bisa bersama ibunya, harus berpisah dengan ibunya dan itu yang paling membuatnya sedih.
Oleh ibunya dia diberi omamori (jimat) berupa teru-teru bozu (dipakai sebagai penghalau hujan). Sehingga setiap ada masalah, Ikkyu akan berlari ke hadapan Teru teru bozu itu untuk berkeluh kesah.

Sebagai pendeta Buddha yang terkecil (waktu itu katanya berusia 6 tahun), Ikkyu sering dikerjain. Disuruh ini itu oleh sempai-nya (senior) terutama yang bernama Shuunen san. Cerita pada episode pertama menggambarkan betapa Ikkyu yang mungil itu harus pontang panting melaksanakan perintah Shuunen dan teman-temannya. Dia disuruh mencuci lobak di sungai. Dan waktu itulah dia bertemu dengan seorang samurai, bernama Ninagawa Shin-en-mon, yang diperintah Shogun (Jendral) untuk mengawasi Ikkyu.

Oleh si Ninagawa, Ikkyu dipanggil Kozo san (Pendeta cilik), dan di situ Ikkyu mengatakan, “Anda panggil saya?

Tentu saja si Samurai ini marah dan bilang, “Tentu saja, mana ada pendeta cilik yang lain di sini

Lalu Ikkyu bertanya, “OK, ini apa? (sambil menunjuk lobak besar)”

Samurai,”Lobak

Lalu ini apa? (sambul menunjuk lobak kecil)

Samurai,”Ya, lobak….

Karena itu, lobak biarpun besar atau kecil…sama-sama namanya Lobak. Pendeta pun besar atau kecil, sama-sama Pendeta. Jangan panggil saya Pendeta Cilik. Lagipula saya punya nama, yaitu Ikkyu….”

Samurai itu tidak bisa berkata-kata lagi, dan mengakui bahwa korban intaiannya ini memang pandai.

Ikkyu san
Ikkyu san menjalani kehidupan di biara dengan senang, dan dia selalu membantu atau dekat/akrab dengan seorang gadis cilik yatim piatu bernama Sayo chan. Ikkyu san selalu bersyukur bila melihat Sayo chan, karena dia tahu, dia masih mempunyai ibu, meskipun tidak bisa bertemu. Sedangkan Sayo chan, orang tuanya sudah meninggal dan tinggal bersama kakeknya saja. Dengan pemikiran ini Ikkyu san merasa kuat untuk menjalani “pengasingan”nya.

Dalam kehidupan berbiaranya ini, gangguan yang sering datang adalah dari sepasang bapak-anak perempuan yang bernama Kikyouya Rihei dan Yayoi, seorang pedagang yang sering bertandang ke Kuil. Yayoi san yang manja dan usil sering mengganggu ketentraman biara. Sedangkan bapaknya Rihei, tidak mau tahu kesopanan, dengan seringnya datang ke Kuil untuk bermain Igo dnegan Osho-san. Hingga suatu hari, pendeta-pendeta di biara itu ingin mengusir Rihei dengan cara memasang peringatan, “Barang siapa yang membawa atau mengenakan pakaian dari kulit binatang dilarang masuk Kuil”. Rihei san selalu memakai bolero dari kulit kelinci, tapi dia dengan cueknya memasuki kuil. Di pintu gerbang Ikkyu sudah menunggu dan berkata;

Apakah Anda tidak melihat pengumuman itu?

Ohhh itu, ya saya baca. tapi di Kuil kan banyak yang terbuat dari kulit binatang. Buktinya ada gendang (drum) di dalam Kuil kan? Kenapa boleh ada gendang yang sudah pasti terbuat dari kulit itu di dalam Kuil?

Ya memang gendang itu terbuat dari kulit, karena itu terpaksa kami memukulnya setiap kali. Jadi kalau Anda mau tetap masuk ke dalam Kuil, saya terpaksa harus memukul kamu…

Rihei san lalu melarikan diri takut kena pukulan Ikkyu.

Kepintaran Ikkyu yang termasyur adalah mengenai sebuah papan yang terdapat di jalan masuk sebuah jembatan. Cerita ini agak sulit diterjemahkan, tapi akan saya coba. Tulisannya begini,”Kono hashi wo wataru na” (Dilarang menyeberangi jembatan ini) Disini HASHI yang waktu itu tertulis dengan hiragana, berarti jembatan… tapi selain itu juga bisa berarti pinggiran. Karena itu Ikkyu san dengan gagahnya menyeberangi jembatan itu, dan tidak mengabaikan peringatan yang tertulis. Alasan ikkyu, “Saya tidak menyeberang di pinggiran kok, saya jalan di tengah-tengah jembatan” Jadi Ikkyu memakai sinonim kata hashi untuk menjelaskan tindakannya. Peristiwa ini sangat terkenal dan sering keluar di soal-soal ujian masuk SD…katanya.


Wajah Ikkyuu dewasa
Jika pembaca ingin mengetahui leih detai tentang Ikkyusan. Pembaca bisa mencari lewat google dengan mengetik 一休さん atau monk Ikkyuu dan ada beberapa cuplikan film Ikkyu san yang bisa ditonton di YouTube.

Disini, saya akan memberikan kisah episode terakhir dari Ikkyusan yang terbagi dalam 3 parts (awas spoiler :D). Cerita yang 296 ini, memang harus diakhiri, dan cerita penghabisan adalah dengan keluarnya Ikkyu san dari Kuil Angoku-ji untuk mengembara dan bertapa sendirian. Dengan bimbang, Ikkyu ingin pergi dari kuil itu diam-diam.

Melihat keresahan Ikkyu san, Pendeta Osho-san memperbolehkan Ikkyu pulang menemui Tsubone ibunya dan diperkenankan untuk menginap. (sebetulnya pendeta dilarang untuk pulang ke rumah orang tua) . Ibunya langsung mengetahui bahwa pasti ada “masalah” sehingga Ikkyu san diperbolehkan pulang. Di situ untuk pertama kalinya Ikkyu mengatakan pada ibunya bahwa dia akan mengelana, pergi bertapa sendirian, keluar dari Kuil.

Dan biasanya pendeta yang tidak mempunyai Kuil akan mengelana kemana kaki melangkah, bisa jadi mati kelaparan karena hidup dari pengasihan orang saja, atau bertemu dengan halangan-halangan lain. Ibaratnya pergi ke medan perang, belum tentu kembali. Dan malam itu Ikkyu san, bisa menikmati masakan ibunya terakhir kali dan tidur bersama ibunya. (so touching).

Perpisahan itu berat bagi siapa saja. Juga bagi Ikkyu san. Dengan mengendap-endap, dia tidak memberitahukan Sayo chan, sahabatnya…. lalu Shuunen san teman-teman se biara. Juga Ninagawa san si Samurai yang juga sudah akrab dengannya. Tapi semua usaha Ikkyu san untuk pergi tanpa lambaian tangan orang-orang yang dicintainya tidak bisa terlaksana. Karena semua sudah merasa keanehan Ikkyu yang biasanya ceria tetapi akhir-akhir ini murung. Sayo chan memberikan teru-teru bozu buatannya untuk disandingkan dengan teru-teru bozu buatan ibu Ikkyu san. Semua mengantar Ikkyu san dengan deraian air mata, sehingga Ikkyu san jauh melangkah menuju gunung dan lembah dan tidak terlihat lagi.

Semoga dari kisah Ikkyu yang hanya sedikit saya tulis ini, bisa menginspirasi para pembaca sekalian.


Posted by: AladinPoker

No comments:

Post a Comment